Sunday, November 8, 2020

Ceritaku tentang Pagi Ini

              


               Sekitar 6,5 jam waktu kuhabiskan larut dalam kesunyian malam. Meninggalkan hiruk pikuk dunia yang menjerit memanggil. Aku terbangun dari tidur. Segera menyibakkan selimutku, memaksa diri membuka mata, mendorong sekuat mungkin tubuh yang melekat pada kasur, seperti ada magnet diantara keduanya. Aku menuju kamar mandi melaksanakan rutinan panggilan alam. Selepasnya, aku segera mengambik air yang mengalir untuk  berwudhu. Sungguh segar dan menyejukkan meresap dalam pori-pori kulitku. Meningkatkan gairah di pagi ini. Membuatku move on dari jeratan kasur yang menjerit. Kewajiban telah tertunaikan. Saatnya aku pergi melepaskan segala beban.

              Napasku menghirup udara di pagi hari. Ku tapaki jalan sambil memandang bijaksananya alam. Membuat segala elemen tubuhku lupa terhadap apa-apa yang terjadi dan yang akan terjadi. Aku fokus merasakan setiap detik waktu di awal hari ini. Baru kurasakan bahwa hari tidak akan menjadi hari jika kehilangan satu detiknya. Aku begitu dekat dengan jantung waktu. Waktu terasa lama. Berbeda dengan biasanya yang sangat cepat. Membuatku berlari mengejarnya. Membuatku resah dan gelisah. Hari-hari aku tata dengan rapi. Malah kacau karena waktu tak kunjung mengerti keinginanku. Akan tetapi, kali ini berbeda waktu sedang mengobrol sejenak denganku. Aku menikmati momen ini bersama waktu. Waktu seutuhnya mendekapku. Aku menerima dengan segala kurang dan lebihnya. Berdamai dengannya.

               Pagi yang bersahaja. Membungkamku. Menurunkan egoku. Hingga kudapati celah sang waktu. Aku menyadari bahwa selama ini aku masih menerima sebagian nikmat Sang Pencipta. Belum seutuhnya. Aku terlalu menuntut kesempurnaan mata hingga lupa terhadap nikmat yang sederhana tetapi, mampu menyempurnakan jiwa.