Friday, February 26, 2021

Masihkah Insecure?

          
Sumber gambar : www.google.com

           Beranjak dewasa kerap kali saya dihadapkan sebuah rasa yang tak henti memaki diri sendiri  karena kekurangannya atas kelebihan orang lain. Rasa ini sering dikenal sebagai insecure. Insecure menjadikan saya kehilangan perspektif mengenai sejatinya diri saya karena silau terhadap kelebihan yang ada pada diri orang lain.

            Saya merasa bahwa saya sangat jauh dari seseorang yang saya anggap sempurna atas keberhasilannya. Saya terus menghina diri sendiri dengan membandingkan kehidupan orang lain yang saya anggap sempurna.

            Saya pun muak dengan diri saya sendiri, seakan perjuangan meraih pencapaian sia-sia, tak ada yang diunggulkan, pasif dan tertinggal. 

            Lambat laun, saya lelah bertengkar dengan perasaan dan pikiran saya yang bertubi-tubi memaki diri. Saya memutuskan untuk mencari sesuatu yang membuat saya bangkit, membunuh insecure ini, menjadi pribadi yang bermental tangguh, mampu berpegang teguh atas segala kurang dan lebihnya saya.

            Saya menemukan titik terang dari gelap gulitanya hati dan pikiran,  buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring menjadikan saya lebih bijaksana dalam memandang permasalahan hidup yang silih berganti, memberikan benteng diri atas permasalahan tersebut dengan bermental tangguh.

           Alhamdulillah, saya mulai memperkuat benteng dalam diri saya untuk menghadapi segala hal yang menerpa (segala hal yang di luar kendali saya) Saya menanamkan rasa percaya atas diri saya, berusaha mengenal jauh diri saya, kekurangan hingga kelebihannya.

          Terkadang masalah besar berasal dari hal kecil, remeh temeh. Oleh karena itu, saya tidak terlalu pusing memfokuskan diri dengan apa-apa yang menerpa. 

          Apabila saya tidak kufur nikmat atas pinjaman-Nya, mendayagunakan dengan baik, rasa nyaman selalu hadir dalam hati pun mudah melukis senyum melalui setiap yang menerpa, menjadi penuh tanggung jawab, berupaya membentuk pribadi yang luar biasa dari dalam dan dari luar, menanam segala hal yang terbaik untuk membuahkan yang terbaik.

           Sungguh, Maha Hebat Allah yang menciptakan manusia berbeda-beda. Tujuan adanya perbedaan tersebut agar kita saling mengenal, saling memahami, saling mengisi dari masing-masing kurangnya, belajar dari masing masing lebihnya. 

            Hanya Allah yang Maha Sempurna. Manusia memiliki kekurangan dan kelebihan yang telah Allah atur porsinya, tentunya sangat cocok dalam diri masing-masing manusia. Tinggal bagaimananya saja kita memaksimalkan pinjaman-Nya yang suatu hari nanti akan diambil kembali untuk dipertanggung jawabkan.

            Insecure saja tidak ada artinya, membuang waktu dan energi. Diri statis, mengetahui kekurangan, tak memaksimalkan kelebihan justru mengunggulkan lebih-lebih diri orang lain, silau dengan kehidupan orang lain. Padahal setiap diri kita akan dipertanggung jawabkan sesuai masing-masing perbuatan kita, sama sekali bukan perbuatan orang lain.

So, masihkah insecure?