Sunday, December 20, 2020

Akhirnya "Filosofi Teras" (Buku Self Improvement) Ada Didekapanku dengan Harga Miring

               Buku bacaanku habis. Waktunya aku membeli buku baru. Membeli buku tidak asal-asalan. Pertama, yang perlu diperhatikan ialah menentukan buku apa yang dibeli sebelum mendatangi toko. Sehingga ketika di toko buku bisa mengerem diri. Kedua, memilih toko buku yang sesuai dengan kantong.

               Setelah menempuh jarak 5,7 km sampai juga di toko buku murah tepatnya di Jl. Brawijaya, Tulungrejo, Pare (Kampung Inggris) Ada dua toko buku murah di Jl. Brawijaya tetapi aku memilih toko buku Abdi Pusat Buku Murah karena lebih banyak macam bukunya. Membuatku nyaman, leluasa layaknya di dunia buku.

               Kuhampiri seorang pemuda berambut lurus panjang sebahu, penjaga toko buku.

              Kutanyakan buku yang hendak kubeli padanya, "Mas, ada buku self improvement, ndak?" 

Masnya kebingunan.

Aku memperjelas kembali, "Buku self improvement perbaikan diri atau motivasi ada?" 

"Ada, Mbak. Sebelah sini. Dilihat dulu nanti saya ambilkan," Masnya menunjuk pada deretan tumpukan buku yang ditata rapi menjulang ke atas mungkin sekitar setengah meter. 

                 Kedua bola mataku menelusuri deretan judul buku yang hanya terbaca bagian sampingnya. Hasilnya nihil tidak ada yang sreg di hati. Kualihkan pandangan ke arah deretan buku sebelah sana. Rupanya terdapat kumpulan buku fiksi (novel, kumcer) dan nonfiksi yang bestseller . Buku-buku tersebut ditata rapi menambah anggun penulisnya terutama novel bestseller seperti karya Tere Liye, Asma Nadia, Andrea Hirata dan Sapardi Djokodarmono. 

                Kedua bola mataku larut menyapu barisan kata yang berjejer rapi. Menelusuri buku buku yang kiranya sreg di hati. Kuambil yang bagus, kubaca blurbnya. Jika memang bagus aku membawanya sambil melihat kembali adakah buku self improvement yang bagus lagi. 

              Kedua kakiku melangkah pelan menuruti kedua bola mata yang mengeja rentetan kata. Sesekali menunduk dan mendongakkan kepala. Ternyata tidak ada yang sreg di hati walaupun novel bestseller. Tetap setia dengan buku yang berjudul Berdamai Dengan diri Sendiri di genggamanku.

                Aku mentargetkan membeli  novel dan satu buku self improvement. Aku mendapati novel karya Ria Ricis berjudul Next. karena aku penasaran aku ambil saja. Aku sudah menggenggam dua buku. Namun, aku masih enggan meninggalkan dunia buku ini. Aku terlalu nyaman untuk meninggalkannya. 

               Masih pagi. Jam menunjukkan pukul sembilan. Sudah ramai saja toko buku ini. Setelah aku, ada dua pemuda yang juga asyik melihat dan bercakap ramah mengenai buku karya Tere Liye. Mereka memakai bahasa formal mungkin salah satu atau keduanya bukan anak daerah sini. Wajar saja karena Kampung Inggris memang tempatnya anak kursus baik bahasa Inggris, Arab atau lainnya. Menurutku Kampung Inggris  ialah kampung pendidikan karena di sini banyak ditemui pemuda pemudi daerah setempat, luar daerah atau bahkan luar negeri yang belajar di sini. Sehingga Kampung Inggris tidak pernah sepi. 


               Keberadaan keduanya membuatku tidak nyaman. Aku beralih tempat dari kumpulan novel menuju kumpulan buku pelajaran (kamus, buku hukum, peribahasa, dan sejenisnya)

"Mbak, mencari buku hukum ya?" Aku dikagetkan suara serak yang tidak asing di telinga. Ternyata pemuda berambut lurus panjang sebahu, mas penjaga toko.

"Buku yang seperti ini Mas,?" tanyaku dengan melihatkan kepadanya buku yang berjudul Berdamai Dengan Diri Sendiri

"Buku perbaikan diri," lanjutku.

"Oh ... di depan, Mbak." Melangkah ke depan. Aku mengikuti langkah kakinya yang menuju teras. 

               Buku yang kucari jenisnya memang di depan. Aku menemukan buku berjudul Seni Berbicara di Segala Kondisi dan Seni Hidup Minimalis. Aku tidak berminat berbicara jadi enggan membaca buku Seni Berbicara. Buku Seni hidup minimalis aku kurang suka karena sudah pernah baca blurbnya di perpustakaan waktu itu. Buku ini membahas tentang perbaikan diri untuk berhemat dalam keadaan bukan perbaikan mental (jiwa atau bagian dalam) 

               Kedua bola mataku mulai menyapu setiap deret judul buku. Semakin ke kanan, ke kanan dan berhenti di sebuah buku tepat berada di ujung rak. Buku yang kucari berjudul Filosofi Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring. Hatiku senang tak terbayang. Aku mendapatkan dua buku seharga 50K. Gila! Ini gila menurutku. Harga aslinya bisa sampai 200K lebih. 

                      Foto : Doc. Pribadi

               Alhamdulillah ... akhirnya bisa baca buku Filosofi Teras.

              Aku cepat meninggalkan toko agar segera sampai di rumah dan membaca buku yang barusan kubeli. Sungguh, aku tidak sabar. Di jalan tidak berhenti mengucap alhamdulillah karena bisa mendapat buku yang aku inginkan. Bukunya bagus masih dilapisi plastik, original (asli)juga.

              Sesampai di rumah aku buka plastik yang melapisi novel Ria Ricis berjudul Next.. Tertera di cover belakang harga aslinya 119K padahal tidak tebal juga, kenapa bisa mahal aku penasaran. Apa mungkin novel ini kw (bajakan). Rasa penasaranku memuncak aku buka saja plastik yang melapisi buku. 

                     Foto : Doc. Pribadi

              What? Kw (bajakan)? Apa apa an ini? Hah? Kok hitam semua, tulisannya tidak jelas juga (Aku menyesal dan hampir mau nangis)

              Aku tertipu. Aku kira original. Pantas saja dijual murah. Walaupun cover nya bagus tetapi, dalamnya menjebak. Membuat kedua mataku enggan bersahabat untuk mendapatkan ilmu di kedua buku tersebut.

              Kesalahanku ialah menginginkan kualitas bagus luar dalam tapi dengan modal sedikit, yang terjadi ialah walau dapat buku yang aku mau tapi ternyata enggak semangat gara gara tertipu covernya saja isinya buram (malas baca, harus dengan mata melotot dulu baru bisa baca) Padahal kualitas dan modal itu berbanding lurus. Jika ingin dapat kualitas luar dalam bagus ya modalnya harus gede. Sehingga imbas.

               Disini dapat diambil pelajaran bahwa hidup seseorang tergantung kualitasnya. Kualitasnya bagus semakin mahallah ia (tidak disepelekan, dihargai, modal seseorang agar bisa dekat hingga memilikinya juga gede).

               Kenapa aku lebih memilih buku original dari pada kw (bajakan)? Pertama, karena kualitas bukunya (buku original membuatku lebih nyaman membaca, menyenangkan saja) Kedua, menghargai penulis. Buku original bisa sampai di tangan pembaca melalui penerbit yang sudah bekerjasama dengan penulis (ada izin penulis). Proses buku original hingga ke tangan pembaca membutuhkan proses. Si penulis mendapatkan uang dari penjualan buku karyanya. Begitupun penerbit juga mendapatkan uang dari hasil distribusi buku penulis yang diajak kerjasama. Namun, buku kw (bajakan) hanya mem fotocopy buku penulis. Penerbit tidak bekerja sama dengan penulis, tidak izin penulis. Jadi, penulis tidak mendapatkan uang atas karyanya. Karya penulis  tidak dihargai. Hanya menguntungkan pihak penerbit saja. 

               Bisa dikatakan bahwa buku original bukunya legal sedangkan buku kw (bajakan) ilegal.

No comments:

Post a Comment