Manusia pertama kali
terlahir di dunia tidak memiliki siapa-siapa, kecuali keluarga. Secara de facto ia menjadi anak dari seorang
wanita yang melahirkannya, pasangan wanita ini, pun menjadi anggota baru dalam
keluarga
keduanya. Dibuatkanlah akte kelahiran, maka secara de jure ia resmi menjadi
anak keduanya. Dibuatkanlah Kartu Keluarga (KK), maka secara de jure pula resmi menjadi anggota keluarga.
Keluarga ialah
madrasah utama anak, sejak
dari buaian hingga menemui ajal, menjalani kehidupan dengan pendidikan. Belajar tengkurap, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, berlari, berbicara, menangis, makan,
minum, mandi,
semua ini ialah proses yang kita lalui untuk tumbuh. Proses
tersebut mendidik kita menjadi dewasa dan matang baik dari segi
fisik maupun psikis.
Tentunya, peran
keluarga sangat penting terhadap
pendidikan anak karena keluarga ialah role
mode bagi anak. Apabila orang tua menginginkan anak melakukan perintahnya,
sebaiknya orang tua lebih dulu melakukan apa yang diperintah, telah mencontohkannya dalam kehidupan sehari-hari
karena anak selalu melihat, menangkap dan memahami setiap sikap dan perilaku
orang tua. Lambat laun anak mengikuti sikap dan perilaku orang tua yang
menurutnya baik atau berguna baginya. Maka dari itu sikap dan perilaku orang
tua juga perlu diperhatikan dalam mendidik anak. Sikap dan perilaku anak sesuai
didikan orang tua, pola asuh orang tua. Bagaimana pola asuh
orang tua? Apakah otoriter (terpusat pada harapan orang tua), permisif
(terpusat pada harapan anak, memanjakan anak) atau justru demokratis (terbuka
dan bijaksana)? Pilihan ketiga lebih baik bukan? Pola asuh demokratis dapat
diterapkan dengan mengetahui kelebihan dan keterbatasan anak, orang tua menjadi
pendengar yang baik bagi anak, memberikan aturan kepada anak tetapi juga
menuruti kemauan anak, jika kemauan anak tidak baik, maka orang tua
mengarahkannya.
Mendidik anak tidak
mudah pun tidak sulit, hanya dengan hati yang tulus orang tua mampu mendidik anak. Ada
hal-hal yang memang di luar kendali orang tua misalnya, harapan masa depan, pasangan
anak, pergaulan anak. Orang
tua sekedar mengarahkan, memberi gambaran yang tepat.
Dari
beberapa macam pendidikan, sejatinya
pendidikan yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan anak baik pencapaian dari
segi materi maupun nonmateri ialah
pendidikan spiritual karena dengan pendidikan spiritual, kecerdasan spiritual
akan tajam. Kecerdasan
spiritual ini akan menjadi bekal anak tumbuh dan berkembang, mampu mengimbanginya
dengan kecerdasan yang lain misalnya, intelektual, emosional dan kreativitas.
Selain itu, mencetak anak yang berbakti kepada orang tua dan bermanfaat bagi
orang lain. Penanaman pendidikan spiritual dapat dilakukan keluarga
sejak anak dibuaian karena baik buruknya anak tergantung didikan keluarga.
Kediri, 20
Februari 2021
Referensi :
Filsafat
Pendidikan oleh Suparlan Suhartono, M. Ed, Ph. D.
Catatan
Seorang Konselor, Sekolah Menjadi Orang Tua oleh Ani Christina
No comments:
Post a Comment