Saya memiliki mimpi sejak lima tahun yang lalu
menjadi seorang penulis bisa menerbitkan minimal satu buku dalam hidup. Saya berkeinginan menjadi
penulis. Lambat laun setelah mengikuti suatu seminar saya disadarkan
bahwa menulis bukanlah keinginan saja tetapi, kebutuhan. Saya pun meyakininya. Tanpa
menulis, saya tidak mampu tumbuh dan
berkembang.
Menulis sebagai self healing (penyembuh
diri) Menulis menjadikan saya lebih baik, masalah mudah terurai, memberikan
benang-benang solusi. Saya
mendapatkan ketenangan hati dan pikiran,
perlahan mampu terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap tulisan atas
permasalahan hidup yang awalnya berupa coretan atau tulisan kasar, kemudian
saya kembangkan menjadi bentuk yang lebih layak untuk dibaca, memiliki alur
sebab akibat yang akan memudahkan pembaca untuk memahami dan menangkap pesan
yang ingin saya sampaikan.
Menulis ialah media
membebaskan rasa. Menulis dari dalam diri. Melepas segala rasa yang menggebu
dalam dada. Menuangnya perlahan melalui goresan tinta hitam diatas kertas putih
tak bernoda. Saya percayakan
semua rahasia padanya. Jika dengan manusia membuat saya terluka, maka saya lebih baik bersanding
setia dengannya
Menulis untuk mengubah
keadaan menjadi lebih baik. Perubahan besar berawal dari perubahan kecil.
Perubahan kecil dari dalam diri. Diri akan lebih baik dengan apa yang tertuang melalui tulisan. Begitulah keadaan
sekitar akan mengikuti perubahan secara bertahap.
“Jika kau
bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!” Imam Al-Ghazali
Saya adalah
manusia biasa, bukan anak raja atau ulama besar, maka saya akan terus menulis.
Saya berusaha memperbaiki
tulisan, saya ingin bisa menulis dengan baik karena menulis ialah lisan kedua, setiap apa yang
kita tulis sama dengan apa yang kita ucap, sama-sama menyuarakan isi pikiran
dan hati hanya berbeda perantara. Jadi, jika saya ingin menyampaikan pesan
baik, maka penyampaiannya juga harus baik agar mudah diterima dan dipahami.
No comments:
Post a Comment